Di tengah merebaknya layanan booking hotel dengan harga yang bersaing, Tinggal percaya diri mengusung layanan serupa ke tanah air pada pertengahan Februari 2016 lalu. Arjun Chopra, Co-Founder Tinggal mengatakan bahwa alasannya menggarap pasar Indonesia karena besarnya potensi yang ditawarkan dengan luasnya daerah dan kategori penduduk yang beragam.
Sebelum membangun bisnis Tinggal, Arjun bercerita bahwa pekerjaan sebelumnya yang banyak di Indonesia dalam delapan tahun belakangan membuatnya merasa percaya diri dengan celah yang ada dari layanan booking hotel dari startup lainnya yang sudah beroperasi sebelumnya.
Investasi besar dari ekosistem perhotelan.
Meski baru berdiri, Tinggal telah mendapat dukungan dana investasi yang lumayan besar dari Mangrove Capital Partners, wirausahawan kawakan Vikas Saxena, serta wirausahawan senior Prafulla Mathur yang merupakan pendiri dan CEO WudStay, serta dari vc Simile Venture Partners yang berbasis di Luxemburg. Nilai yang diinvestasikan mencapai US$1 juta (sekitar Rp13,3 miliar) untuk operasional Tinggal.
Tujuan dari investasi ini adalah untuk menjadikan Tinggal sebagai penyedia layanan booking hotel nomor satu di kota-kota tujuan destinasi wisata utama di Indonesia. Lebih lanjut, Mark Tluszcz, CEO Mangrove Capital Partners mengatakan bahwa Tinggal menandai masuknya perusahaan ke pasar Internet Indonesia yang tumbuh pesat. Dan ia juga yakin bahwa Tinggal dapat memberi pilihan kompetitif bagi para pelancong.
Fokus pada lokalisasi bisnis
Pendanaan yang besar membuat Tinggal dapat leluasa mengembangkan bisnis. Saat ini Tinggal sudah memberikan pilihan hotel di empat kota, yakni Malang, Bandung, Jakarta, dan Bali dengan sekitar 50 hotel di dalamnya. Dalam waktu dekat Arjun berencana melakukan ekspansi ke Yogyakarta dan Surabaya di dalam situsnya.
Untuk tim sendiri, saat ini sudah ada sembilan orang di dalamnya dan menargetkan penambahan tim mencapai 35 orang di 2016 ini. Tim Tinggal mayoritas berada di Bali dan Jakarta. “Untuk menciptakan produk yang dapat memuaskan keinginan pelanggan, Tinggal memerlukan sumber daya mumpuni,” tambahnya.
Selain fokus pada penambahan kota-kota, Arjun juga optimis untuk lokalisasi bisnis sesuai dengan kebutuhan pasar. Ia mengatakan:
Fokus menjadi kata kunci utama yang sering terabaikan oleh banyak startup. Terlebih di Indonesia dengan kondisi pasar yang berada di kelas menengah dan sangat beragam, dibutuhkan keseriusan untuk mendalami apa yang diinginkan dan dibutuhkan pasar agar bisnis terus berkembang dan tidak mundur di tengah jalan.
Oleh karena itu, Tinggal dalam kurun waktu tiga hingga empat bulan mendatang belum akan fokus pada monetisasi, melainkan penetrasi pasar dan penelitian perilaku konsumen lokal agar produk sesuai dengan pasar.
Strategi memenangkan kompetisi
Bagaimanapun sudah ada pemain di ranah ini seperti ZenRooms milik Rocket Internet. Antara ZenRooms dan Tinggal kurang lebih memiliki tampilan situs yang serupa, namun kota lebih beragam hingga ke negara di Asia telah dirambah oleh ZenRooms, sedangkan Tinggal memang fokus untuk beroperasi di destinasi wisata utama di dalam negeri.
Menyadari adanya kompetisi, Arjun mengatakan bahwa timnya lebih mementingkan user experience. “Bila pengguna merasa terbantu dengan layanan yang ditawarkan Tinggal, akan menarik pengguna baru lainnya yang akan kembali menggunakannya,” tambahnya.
Ditambah dengan harga yang kompetitif untuk setiap hotel yang ditawarkan, Tinggal optimis konsumennya bukan hanya dari kategori B2C, melainkan juga B2B dengan korporat yang menginginkan budget hotel untuk kebutuhan bisnisnya.
Persaingan bisnis booking hotel dengan harga murah dan kualitas mumpuni sudah lebih dahulu sukses dilakukan OYO Rooms asal India. Bila memang ZenRooms dan Tinggal berhasil menggaet pasar dengan pilihan kota dan hotel yang sangat menarik, apakah startup lainnya dengan layanan travel akan menyontek cara ini?
Dikutip : Techinasia