Memasuki usia ke-23 tahun pada bulan Februari ini, Bhinneka, situs e-commerce yang menjual produk elektronik, berencana memperluas pangsa pasarnya dengan ikut bermain di ranah marketplace. Hal ini diungkapkan oleh Hendrik Tio, CEO Bhinneka, saat acara perayaan ulang tahun perusahaannya di Jakarta, Selasa (23/2).
“Sebagai pionir e-commerce di Indonensia, kami melihat perkembangan yang luar biasa. Berdasarkan prediksi Menteri Kominfo (Rudiantara), potensi e-commerce bisa sampai $130 milar (sekitar Rp1,7 quadriliun atau Rp1.756 triliun) pada 2020, ini merupakan peluang yang luar biasa. Peluang ini yang nanti bisa kami capture,” ujar Hendrik.
Bhinneka dikenal sebagai e-commerce yang menjual produk 3C, yaitu computer, communication, dan consumer electronic (komputer, laptop, console game, dan sebagainya). Marketplace milik Bhinneka pun akan terdiri dari merchant yang menjual produk-produk tersebut. Namun, tidak seperti beberapa marketplace di Indonesia yang membebaskan siapa saja, baik perusahaan maupun perorangan, untuk berjualan, merchant pada marketplace Bhinneka akan melewati proses kurasi sebelum bisa berjualan di situs tersebut.
Dijelaskan oleh Leo Antonius, Strategic Business Expansion Director Bhinneka, proses kurasi
tersebut dilakukan untuk menjaga agar pelanggan tetap mendapatkan kualitas barang yang sama, baik dari keaslian hingga layanan purna jual, seperti ketika mereka membeli produk yang dijual Bhinneka. Para merchant-nya pun bukan perorangan, melainkan vendor atau mereka yang sudah memiliki toko fisik.
Menurut Leo, hal lain yang membedakan marketplace Bhinneka dengan marketplace lain adalah pihaknya tidak memberikan multi-SKU (stock keeping unit), yaitu satu produk dengan berbagai varian kelengkapan, melainkan multi-offer, yaitu satu standar produk yang sama namun dengan harga yang saling kompetitif satu sama lain.
“Misalkan ada konsumen di Malang ingin membeli kamera Nikon. Jika ia membelinya dari merchant di Surabaya, harganya akan lebih murah ketimbang ia membeli dari merchant di Jakarta,” kata Leo.
Marketplace khusus fotografi dan untuk konsumen korporasi.
Berdasarkan data dari Bhinneka, yang menargetkan IPO pada tahun 2018, 80 persen produk yang mereka jual diserap oleh konsumen biasa. Sedangkan sisanya merupakan konsumen dari kalangan korporasi. Hingga saat ini, Bhinneka telah memiliki 20.000 pelanggan korporasi, yang mana 5.000 di antaranya masih aktif membeli selama enam bulan terakhir.
Artinya, peluang di segmen korporasi masih bisa digali lagi. Sehingga, selain menyediakan marketplace untuk konsumen biasa, Bhinneka juga memberikan kesempatan kepada merchant-merchant-nya untuk menjual produk mereka ke konsumen korporasi. Nantinya, ini dapat dilakukan di marketplace khusus, yaitu Bhinneka Bisnis, yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.
Selain itu, Bhinneka juga “menghidupkan” kembali toko kamera mereka yang sempat tutup akibat musibah kebakaran pada April 2014 silam. Alih-alih membuka kembali toko fisik seperti sebelumnya, toko kamera dan aksesorinya ini hadir sebagai toko online dan dalam bentuk marketplace.
Pengguna sudah bisa mengaksesnya melalui tautan ini. Namun, menurut Leo, meski laman toko fotografi Bhinneka sudah bisa diakses publik, toko tersebut baru akan beroperasi secara penuh pada minggu ini.
Layanan baru lainnya yang diungkapkan oleh Bhinneka adalah toko online Samsung. Lewat toko ini, pengguna bisa membeli produk-produk resmi Samsung berikut aksesorinya langsung dari satu tempat. Menurut Leo, toko online tersebut akan live pada sore hari ini. Namun, berdasarkan pantauan Tech in Asia hinga pukul 7.30 malam, toko online Samsung di Bhinneka belum ditemukan keberadaannya.
Selama 23 tahun berdiri, Bhinneka, yang pada akhir tahun lalu mendapat pendanaan sebesar Rp300 miliar dari Ideosource, telah berkembang dari toko di rumah petak seluas 50 meter persegi, hingga memiliki fasilitas dengan luas total mencapai 7.000 meter persegi.
Jumlah karyawannya pun meningkat drastis. Dari awalnya hanya dihuni 12 staf, hingga kini diramaikan oleh 715 staf. Total barang yang dijual pun semakin banyak dan beragam. Dari hanya 20 SKU, hingga kini mencapai 90.000 SKU.
Dengan masuknya Bhinneka ke ranah marketplace, persaingan di ranah ini rasanya semakin sengit. Sejumlah nama seperti Tokopedia dan Bukalapak namanya juga semakin menjulang di ranah ini.
Apa pendapatmu tentang fitur marketplace yang baru saja diperkenalkan oleh Bhinneka? Mampukah kehadiran marketplace tersebut menekan harga-harga jual produk Bhinneka menjadi lebih kompetitif?
Dikutip : Techinasia