Perkembangan teknologi internet banyak mempengaruhi tren bisnis di tanah air. Saat ini perusahaan rintisan digital atau startup, usaha kecil menengah atau UKM, dan perusahaan besar berlomba-lomba memanfaatkan teknologi informasi untuk mengembangkan bisnis.
Hal itu tidak aneh, mengingat pengguna internet memang termasuk pasar menjanjikan. Menurut lembaga riset pasar e-Marketer, populasi netter dalam negeri mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Angka ini diperkirakan akan melambung hingga 112 juta pada 2017 nanti.
Tak pelak, jika berniat menggaet pasar di dunia maya, pelaku usaha wajib mulai membenahi kebutuhan teknologi internalnya untuk menyokong kelancaran bisnis. Bagi perusahaan bermodal besar, menyediakan perangkat teknologi mungkin bukan hal sulit.
Berbeda dengan perusahaan startup yang baru berkembang, perangkat teknologi harus dipilih dengan sebaik-baiknya. Sebagai pertimbangan, seperti dikutip Huffingtonpost.com, setidaknya lima teknologi berikut ini wajib dimiliki semua startup:
Go mobile
Pada 2017 nanti jumlah belanja online lewat perangkat ponsel pintar dan tablet diperkirakan akan mencapai 114 miliar dollar AS atau setara Rp 1.552 triliun. Sudah bukan rahasia umum bahwa sebelum membeli produk atau jasa tertentu, kebanyakan calon pembeli memanfaatkan ponsel pintar untuk menggali informasi.
Namun begitu, tak semua pebisnis startup memiliki situs internet yang bisa diakses lewat gawainya. Setidaknya, sekitar 93 persen situs milik UKM dan startup hanya bisa dibuka pada perangkat komputer.
Sebagai catatan penting, karena pasar mobile phone begitu besar, pebisnis tak perlu ragu lagi berinvestasi membuat situs yang bisa dengan nyaman ditelusuri para pelanggannya, apapun gawai yang mereka pakai.
Kemudahan pembayaran
Pada 2013 lalu sekitar 15 persen orang di dunia melakukan pembayaran lewat ponsel pintar. Penelitian menunjukkan, orang-orang tipe ini tidak ragu menghabiskan banyak uang untuk berbelanja.
Tak heran, kini banyak pebisnis mulai merambah ke pembayaran secara mobile. Saat ini, ada 220 ribu vendor menawarkan Apple Pay sebagai alat pembayaran.
Namun, kendati demikian, tak perlu mengikuti jejak mereka. Anda bisa melakukan investasi di bidang ini secara hati-hati sesuai kebutuhan pasar.
Keamanan cyber
Jangan sepelekan kualitas keamanan data bisnis. Laporan perusahaan telekomunikasi asal AS, Verizon, menunjukkan setidaknya ada 63.000 kasus pelanggaran keamanan komputer pada 2013 lalu. Dari angka itu, sekitar 40 juta konsumen pengguna kartu kredit dan debit menjadi korban.
Caranya beragam, tergantung industri yang menjadi target. Sebagai contoh, dalam industri pembiayaan (finansial), 75 persen serangan melibatkan aktivitas peretasan aplikasi web dengan meluncurkan DDoS (Distributed Denial of Service) untuk mengelabui server.
Teknik lainnya adalah card skimming. Ini adalah teknik penyerangan untuk mendapatkan data dari alat pemindai kartu kredit atau debit.
Aktif di media sosial
Kini, perusahaan dituntut mampu berinteraksi dengan konsumen lewat media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Pinterest, dan lainnya. Tentu saja tak perlu berinvestasi pada semua jenis media secara bersamaan.
Namun, ada baiknya sesuaikan dengan kebiasaan target konsumen. Kebanyakan startup terobsesi menggunakan banyak media, namun tak siap untuk mengelolanya dengan maksimal.
Setidaknya, berinvestasilah pada sumber daya manusia yang khusus mengurusi komunikasi lewat media sosial. Selain itu, walaupun harus merogoh kocek lebih, jadwalkan servis untuk melakukan pelacakan. Data ini akan menjadi senjata penting untuk mengetahui kebiasaan target konsumen.
Penyimpanan data
Berdasarkan data Sharing Vision, saat ini kebutuhan layanan pusat data di Indonesia mendekati 150.000 meter (raised floor). Diprediksi, pasar pusat data akan tumbuh 20-30 persen hingga 2017.
Perlu diketahui, kebutuhan penyimpanan data besar tidak melulu diperuntukkan bagi perusahaan skala besar. Segala informasi yang berhubungan dengan konsumen, produk, dan jasa bisa menjadi dasar analisa pasar untuk mengembangkan bisnis, termasuk startup.
Tak perlu khawatir. Jika jeli memilih, membangun infrastruktur pusat penyimpanan data terpusat tidak selalu mahal. Pertimbangan paling penting adalah luas tempat penyimpanan, kebutuhan pendinginan dan daya, juga keamanan.
Tak hanya itu. Penyimpan data (storage) harus bisa beroperasi tanpa konfigurasi rumit. Operasional dan pemeliharaan pun harus dipilih yang paling mudah dan tak mahal.
Selain itu, sistem penyimpanan data harus bisa dikembangkan sesuai perluasan bisnis sehingga tidak memerlukan perombakan besar-besaran ketika kebutuhan data semakin tinggi. Artinya, startup membutuhkan storage berdesain ramping agar penambahan data tidak memerlukan penambahan ruangan.
Untuk kebutuhan itu, kini banyak vendor yang menyediakan storage sesuai kebutuhan bisnisnya. Contohnya Lenovo yang menawarkan dua pilihan, yaitu tipe S2200 untuk entry SAN dan S3200 untuk kebutuhan data lebih besar.
Sebagai perbandingan, S2200 bisa mendukung koneksi 96 drive sedangkan S3200 mampu mendukung hingga 192 drive. Anda tinggal memilih mana yang paling cocok dengan kebutuhan penyimpanan data bisnis Anda.
Dikutip : Kompas